Minggu, 24 April 2011

asal usul indramayu

logo indramayu
logo indramayu
Hikayat yang beredar dari mulut ke mulut menuturkan, alkisah Raden Wiralodra, putra ketiga Tumenggung Gagak Singalodra yang bermukim di daerah Banyuurip, Bagelen, Jawa Tengah, terpanggil untuk mencari dan mengembangkan wilayah di sekitar SungaiCimanuk.
Di bawah kepemimpinan Wiralodra, wilayah itu berkembang pesat. Karena itu, ia ingin memperluas wilayahnya hingga ke Sumedang. Dengan kesaktiannya, Wiralodra lalu mengubah dirinya menjadi seorang perempuan sangat cantik bernama Nyi Endang Dharma Ayu. Melihat kecantikan Darma Ayu, Adipati Sumedang jatuh hati, lalu memperistrinya.
Sebagai mas kawin, Adipati Sumedang bersedia memenuhi segala permintaan Nyi Darma Ayu yang meminta sebidang tanah seluas kulit kerbau. Ketika digelar, kulit itu membentang luas dari Begelen ke Sumedang. Setelah pernikahan, Nyi Darma Ayu kembali menjadi laki-laki.
Nama Endang Dharma Ayu lalu menjadi asal nama Indramayu. Hingga saat ini masyarakat setempat masih percaya pada hikayat tersebut. Konsekuensinya, mereka menggunakan pesona kecantikan untuk memperbaiki nasib.dedi gunawan

dongenga warga indramayu


Seperti biasa, selepas panen dan disusul dengan datangnya musim kemarau, di areal sawah yang terhampar luas itu, para petani (peternak) bebek pun mulai berdatangan. Dan di areal itu, kakek adalah termasuk yang paling dulu. Sudah tiga hari beliau berjalan menggiring bebek-bebeknya. Pemujaan Monyet. Walau bermandikan peluh yang terus mengucur membasahi kulit keriputnya, tampaknya, dia enggan untuk mecari tempat berteduh.

Manakala, cacing-cacing di perutnya mulai berulah meminta makan, maka, di sela-sela kesibukannya menghalau bebek dia pun menoleh untuk menari temat berteduh. Tapi apa daya, di tengah-tengah hamparan sepertiga sawah yang mlai dipanen, tak ada sebatang pohon atau danau yang dapat digunakan sekadar untuk melepaskan lelahnya. Padahal, tubuh tuanya benar-benar meminta untuk beristirahat walau barang sejenak. Saat tulangnya mulai tak kuasa menyangga tubuh tuanya dan saat menengok ke arah timur, hati kakek langsung tercekat. Betapa tidak, kurang lebih dua ratus meter di hadapannya tampak berdiri tegak sebatang pohon asam.

Hatinya langsung berbunga-bunga. Tanpa menghiraukan bebek-bebeknya, sang kakek dengan setengah berlari langsung menghampiri pohon asam dan duduk di baah kerimbunannya. Tak seperti biasanya, kali ini, sang kakek tak sempat memperhatikan keadaan sekitarnya. Sambil duduk di atas sebuah lempengan batu tipis yang berukuran sekitar 0,5 meter yang dipikir sebagai tempat beristirahat bagi para penggarap sawah di sekitarnya. Apalagi, di sekitar itu tampak berserakan dedaunan pisang bekas pembungkus nasi yang sudah mongering bahkan ada sebagian yang mulai membusuk.

Sambil mengatur nafasnya yang masih memburu, sang kakek langsung membuka bajunya yang kuyup dengan keringat dan meletakkannya di ranting pohon. Dan setelah itu, sang kakek segera mengambil dan membuka kantong yang berisikan perbekalan di mana di dalamnya terdapat bungkusan nasi dan ikan serta air untuk minum.

Dengan amat lahap, sang kakek memakan bekalnya hingga tak tersisa barang sedikit pun. Maklum, sejak pagi, perutnya belum terisi nasi barang sebutir pun. Setelah itu, dia pun mengeluarkan bungkusan yang berisi tembakau tampang dan lipatan daun aren yang telah mengering. Setelah itu, jari jemari tuanya dengan cekatan memotong daun aren dan meracik tembakau tampang untuk dibuatnya menjadi rokok.

Seusai menyalakan, kini, dia pun menyandarkan tubuhnya di batang pohon sambil sesekali menghisap rokoknya dalam-dalam. Angin sepoi-sepoi basah yang menerpa tubuhnya, seketika mengudang rasa kantuknya yang berat. Tanpa sadar, matanya mulai mengecil dan rokok yang terselip di jarinya pun terjatuh. Kini, dia tertidur pulas dan bahkan mendengkur.

Waktu terus berjalan. Dan tak terasa, mentari pun mulai begeser ke peraduannya. Nun, di kejauhan, tampak serombongan orang berjalan menuju ke arahnya. Setelah dekat, tampak dengan jelas betapa yang berjalan paling depan adalah sosok yang usianya sebaya dengan kakek., Dia mengenakan pakaian serba hitam, mengenakan ikat kepala juga berwarna hitam sebagaimana layaknya seorang jawara.

Di tangan kanannya tampak terpegang pedupaan dari tanah liat, di mana apinya kelihatan membara akibat tertiup oleh hembusan angin. Dari asapnya yang mengepul, tercium bau kemenyan yang menyengat. Sementara, di belakangnya, tampak berjalan dua pasang manusia yang usianya pun tak jauh berbeda dengan psosok yang bejalan di depannya.

Entah apa tujuanmereka sebenarnya. Yang jelas, akibat rasa lelah yang teramat sangat, letaknya yang berlawanan arah serta terhalang oleh tanaman perdu yang teramat rapat, maka, kakek pun tak sempat memperhatikan sekitarnya. Ya … dia tidak tahu jika di balik pohon yang dipakainya sebagai tempat istirahat, terdapat sebatang pohon beringin yang teramat rindang yang usianya diperkirakan sudah mencapai ratusan tahun. Sementara, di bawah kerindangan pohon yang berdiri angkuh itu, terdapat gundukan batu bata yang tertata apik sebagaimana layaknya sebuah makam. Selain itu, di sana juga terdapat tempat duduk yang tampak bersih karena sering diduduki dan juga terbuat dari batu bata.

Karena dikelilingi oleh akar beringin yang menghunjam tanah dan lebatnya tanaman perdu yang mengelilinginya, maka, suasana kuburan itupun terasa angker. Nuansa mistisnya pun terasa pekat! Walau begitu, kelima sosok itu dengan takzim duduk bersimuh menghadap ke kuburan tadi.

Setelah sejenak menata diri, sang kuncen, yang tadi berjalan paling depan dan berpakaian serba hitam itu langsng menaburkan kemenyan ke pedupaan yang apinya kian membara. Serta merta, bau kemenyan yang terama menyengatpun menusuk hidung. Bahkan, ada di antara merekan yang terbatuk sambil sesekali tangannya menepiskan pekatnya asap kemenyan yang menyelimuti tubuhnya.

Karena penasaran, kakek langsung merapatkan tubuhnya ke pohon asam. Nafasnya pun sengaja ditahan. Hanya sesekali, dia menarik dan mengeluarkan napasnya dengan halus. Sementara, matanya dengan tajam tertuju kepada mereka yang tengah melakukan ritual.

Dari do’a yang dilantunkan dan sebelumnya ada penerangan dari sang kuncen, kakek dapat menarik simpulan betapa tempat itu adalah tempat bersekutunya manusia dengan iblis. Mereka adalah manusia yang nekad mencari kekayaan duniawi tanpa menghiraukan akibat yang bakal ditanggungnya nanti.

Prakiraan kakek ternyata benar. Di tengah-tengah semilirnya angin yang meniup dedaunan, kakek dengan jelas mendengar lantangnya suara kuncen yang sengaja datang guna menyampaikan maksud dan tujuannya. Usai itu, terdengar suara sang kuncen yang memanggil suatu nama yang terasa asing di telinga. Dan apa yang terjadi, setelah tiga kali mengulang, entah dari mana datangnya, seketika tampak segerombolan monyet yang langsung menghambur ke sesaji yang tersedia. Suaranya amat gaduh. Kawanan itu seolah sebulan tak pernah mendapatkan makanan.

Jeritan-jeritan kesakitan dan menyayat langsung membahana. Monyet-monyet itu berebut bahkan saling cakar. Sepertinya, mereka takut tidak kebagian. Dan di antara mereka, ada seekor monyet yang paling besar dan berekor buntung yang hanya menyaksikan saja. Seolah tidak begitu bergairah dan tidak nafsu makan. Dalam hati kakek bergumam, “Dia pasti rajanya!”

Pantas saja tadi si kuncen memanggil dengan kata; “Si bunting!” Jelas, dia adalah pemimpinnya. Kini, si Buntung duduk paling depan, dekat dengan kuncen. Sementara, tangannya menggenggam tumpeng dan memakannya dengan lahap. Bersamaan dengan habisnya sesajen, maka, monyet-monyetpun hilang entah kemana. Yang tampak, kelima orang itu pulang dengan penuh harap.

Yang tinggal hanyalah kakek dengan tubuh rentanya. Dia hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala sambil sesekali menarik napas berat. Di hatinya, dia muak melihat ada segelintir manusia yang nekad dan sampai hati menukar nyawanya untuk kebahagiaan sesaat. Setelah menimbang beberapa lama, akhirnya, kakek pun bertekad ingin menghancurkan sarang iblis itu dengan kekuatan yang dimilikinya. Dengan serta merta dia segera membuka kantong yang selama ini setia menemaninya. Didalamnya, dia mengambil sebuah jagung sisa makanan bebek, sementara, dari saku celananya dikeluarkan kemenyan yang terbungkus kertas putih. Ya … memang orang-orang tua dahulu tak pernah bisa lepas dari tradisi. Kemana pergi, kemenyan selalu saja menyertainya. Jagung dan bungkusan kemenyan dia masukan kembali ke dalam kantong dan menyambar bajunya. Seiring dengan kantong yang diselendangkan di bahunya, tangannya juga menggenggam ruyung yang terbuat dari kayu asam berbentuk “gada” yang selalu saja setia menemaninya. Dia pun langsung melangkah menuju ke kuburan yang terletak di bawah pohon beringin itu.

Tanpa memperdulikan bebek-bebeknya, dia langsung memasuki tempat pemujaan yang dari kejauhan masih tampak dengan jelas kemelun tipis asap pedupaan. Setelah sejenak meneliti keadaan sekitar dan membulatkan tekadnya, dia pun duduk di tepat sang kuncen tadi berikrar. Setelah meletakkan jagung dan kemenyan d sebelah kanannya, bara pedupaan yang mulai mereup langsung ditiup dengan keras oleh kakek.

Kemenyan pun lalu ditaburkan di atas pedupaan. Seiring dengan kepulan kemenyan yang kembali menebal, kakek langsung mengulang mantera yang tadi dibacakan oleh sang kuncen. Dan setelah itu, dia pun mulai memanggil dengan suara keras; “Buntung … Buntung … kemari kamu!”

Pemandangan yang terjadi pun seperti tadi. Yang datang hanyalah monyet-monyet kecil yang langsung mengerubuti jagung yang sengaja sudah dipipil dan ditaburkan oleh kakek. Kejadian yang aneh pun mulai terasa. Di antara binatang-binatang itu, ada seekor yang selalu menutupi wajahnya, ada yang hanya diam, dan sisanya berebut jagung dengan rakusnya.

Dengan tajam mata kakek terus tertuju pada monyet yang selalu menutupi wajahnya. Hatinya semakin tercakat manakala melihat monyet itu menangis. Karena yang dipanggil belum juga muncul, kali ini kakek kembali berteriak dengan nada marah; “Buntung … Buntung … Buntung …kemari kamu!”

Selang beberapa saat, dengan tenang dan tanpa rasa curiga barang sedikitpun, si Buntung pun datang menghampirinya. Kakek mempererat pegangannya pada ruyung, sementara, tangan kirinya terus saja menebarkan biji-biji jagung. Ketika si Buntung makin mendekat, dengan rasa geram yang teramat sangat, kakek pun mengayunkan ruyungnya dengan keras ke arah bahu kanan si Buntung. Serta merta, jeritan membahana pun terdengar dari mulut monyet yang kesakitan itu. “Akh …!”

Kakek enggan memberikan kesempatan pada si Buntung untuk melakukan perlawanan, sambil mengumpat, “Kamu telah membuat manusia tersesat. Kamu yang menebar kemusyrikan. Rasakanlah!” Tangan kakan kakek tak henti-hentinya menetakkan ruyungnya ke tubuh si Buntung.

Melihat rajanya disiksa, monyet-monyet yang lainpun langsung tunggang langgang dan menghilang di balik kerimbunan pohon beringin. Sesuai dengan wataknya yang keras, tanpa mempertimbangkan segala akiba dan resikonya, kakek terus saja menetakkan ruyungnya ke tubuh si Buntung yang sudah tak berdaya itu.

Entah berapa puluh atau ratus kali ruyung kakek menhantam tubuh si Buntung. Yang jelas, seiring kumandang adzan subuh yang sayup-sayup terlontar dari corong dimasjid dan musholla yang ada di kampung seberang sana, tubuh si Buntung pun raib bak ditelan bumi. Kini yang tinggal hanyalah kakek dengan napas yang memburu dan peluh yang membasahi tubuhnya.

Setelah melakukan sujud syukur dan dilanjutkan dengan tayamum untuk mendirikan shalat Subuh, kakek pun melantunkan do’a atas kerunia dan kekaabn yang diberikan oleh Sang Maha Pencipta saat menghancurkan iblis si Buntung. Usai itu, kakek pun teringat akan bebek-bebeknya. Ya … dia segera mengumpulkan telur dan bebek-bebeknya dengan senyum. Maklum, kala itu harga telur bebek sedang melambung. Demikian sekelumit pengalaman kakek yang diceritakan kepadaku. Semoga, kisah ini dapat diambil manfaatnya leh kita semua.dedi.mengod@yahoo.com

Pemanfaatan dan Pelestarian Perairan Laut

Pemanfaatan dan Pelestariann Perairan Laut
Manfaat wilayah perairan laut dalam kaitannya dengan kehidupan manusia dan makhluk lain dapat di rinci secara sederhana di bawah ini :
1. Sebagai pembangkit tenaga, Arus laut dapat meringankan tenaga perahu. Dengan adanya arus perahu dapat meluncur dengan tidak usah mengeluarkan tenaga. Selain itu gerak pasang surut air laut juga dapat menimbulkan gelombang, perbandingan antara puncak gelombang dan lembah gelombang dapat digunaka untuk memompa air lau ke bak penampung selanjutnya dari bak penampung dapat digunakan untuk menggerakkan turbin.
2. Sebagai lahan perikanan, hasil tangkapan dan budidaya laut dapat memberi kehidupan kepada para nelayan atau masyarakat pesisir. Berbagai jenis ikan, kerang, kepiting, tiram, rumput laut, penyu dan sebagainya.
3. Sebagai prasarana perhubungan dan pengangkutan, laut merupakan prasarana lalulintas air yang sangat murah, karena hampir tidak diperlukan biaya pembuatan dan pemeliharaan.
4. Sebagai tempat rekreasi, Pantai Teleng, Pantai Ria Pacitan, Parangtritis, Ancol, Bunaken dan lain sebagainya.
5. Sebagai pertahanan dan keamanan, laut merupakan tempat pertahanan dan keamanan, kapal laut dapat menjaga keamanan dan dan pertahanan suatu wilayah Negara.
6. Sebagai pengatur iklim, perbedaan sifat fisik air laut dansifat fisik daratan dapat menimbulkan gerakan udara atau di sebut dengan angin. Bersama-sama dengan angin tersebut, makauap air laut terbawa dan dapat menyejukkan atau memanaskan tempat yang dilalui serta dapat menimbulkan turunnya hujan.
7. Sebagai lahan pertanian laut (revolusi biru), permukaan laut jauh lebih luas daripada daratan, sehingga produksi bahan pangan dan pertanian nabati dari laut dapat berproduksi lebih banyak lagi. Pada saat ini sedang dikembangkan rumput laut dan spesies plankton yang unggul dan cocok untuk dibudidayakan dalam pertanian laut. 
Pedoman Pelestarian Laut menurut Konferensi Hukum Laut 1984
1. Dalam memanfaatkan sumber daya laut harus diperhitungkan proses pengembangan alam agar sumber daya laut tidak habis
2. Vitalitas sumber daya samudera harus dilestarikan
3. Pengetahuan mengenai kehidupan di laut harus ditingkatkan
4. Kebijaksanaan samudera harus meliputi dunia
5. Kebijaksanaan samudera harus mencakup semua system air tawar, atmosfer, dan samudera. 
6. Lalulintas samudera harus aman dan tertib.
7. Harus dibentuk satu otorita saumudera dunia
8. Samudera harus digunakan untuk perdamaian bukan untuk perang
9. Semua Negara harus memikul tanggungjawab menjadi penjaga, pengelola, sumber daya bahan mineral, ikan dan lainsebagainya atas perairan lepas pantai sampai 200 mil yang telah ditetapkan.
Diterbitkan di: 24 April2011 


Sumber: dedi.mengod@gmail.com

Budidaya Ikan Lele Warga Ujunggebang.Sukra.Indramayu


Peluang usaha budi daya ikan lele merupakan salah satu peluang usaha yang cukup  diperhitungkan saat ini. Apabila kita perhatikan banyak terdapat  penjual pecel lele yang memerlukan pasokan ikan lele setiap harinya, hal inilah yang membuat permintaan  ikan tersebut menjadi semakin tinggi di pasaran dan membuka potensi peluang bisnis yang cukup menjanjikan. Ternak ikan lele relatif  lebih mudah apabila dibandingkan dengan ikan air tawar lainnya seperti ikan mas atau mujair karena lebih tahan terhadap penyakit maupun kondisi lingkungan. Berikut ini adalah gambaran secara umum tentang cara budidaya ikan lele
*Pembenihan Lele.
Adalah budidaya lele untuk menghasilkan benih sampai berukuran tertentu dengan cara mengawinkan induk jantan dan betina pada kolam-kolam khusus pemijahan. Pembenihan lele mempunyai prospek yang bagus dengan tingginya konsumsi lele serta banyaknya usaha pembesaran lele.
* Sistem Budidaya
Terdapat 3 sistem pembenihan yang dikenal, yaitu :
1. Sistem Massal. Dilakukan dengan menempatkan lele jantan dan betina dalam satu kolam dengan perbandingan tertentu. Pada sistem ini induk jantan secara leluasa mencari pasangannya untuk diajak kawin dalam sarang pemijahan, sehingga sangat tergantung pada keaktifan induk jantan mencari pasangannya.
2. Sistem Pasangan. Dilakukan dengan menempatkan induk jantan dan betina pada satu kolam khusus. Keberhasilannya ditentukan oleh ketepatan menentukan pasangan yang cocok antara kedua induk.
3. Pembenihan Sistem Suntik (Hyphofisasi).
Dilakukan dengan merangsang lele untuk memijah atau terjadi ovulasi dengan suntikan ekstrak kelenjar Hyphofise, yang terdapat di sebelah bawah otak besar. Untuk keperluan ini harus ada ikan sebagai donor kelenjar Hyphofise yang juga harus dari jenis lele.
*Tahap Proses Budidaya
A. Pembuatan Kolam.
Ada dua macam/tipe kolam, yaitu bak dan kubangan (kolam galian). Pemilihan tipe kolam tersebut sebaiknya disesuaikan dengan lahan yang tersedia. Secara teknis baik pada tipe bak maupun tipe galian, pembenihan lele harus mempunyai :
Kolam tandon. Mendapatkan masukan air langsung dari luar/sumber air. Berfungsi untuk pengendapan lumpur, persediaan air, dan penumbuhan plankton. Kolam tandon ini merupakan sumber air untuk kolam yang lain.
Kolam pemeliharaan induk. Induk jantan dan bertina selama masa pematangan telur dipelihara pada kolam tersendiri yang sekaligus sebagai tempat pematangan sel telur dan sel sperma.
Kolam Pemijahan. Tempat perkawinan induk jantan dan betina. Pada kolam ini harus tersedia sarang pemijahan dari ijuk, batu bata, bambu dan lain-lain sebagai tempat hubungan induk jantan dan betina.
Kolam Pendederan. Berfungsi untuk membesarkan anakan yang telah menetas dan telah berumur 3-4 hari. Pemindahan dilakukan pada umur tersebut karena anakan mulai memerlukan pakan, yang sebelumnya masih menggunakan cadangan kuning telur induk dalam saluran pencernaannya.
B. Pemilihan Induk
Induk jantan mempunyai tanda :
- tulang kepala berbentuk pipih
- warna lebih gelap
- gerakannya lebih lincah
- perut ramping tidak terlihat lebih besar daripada punggung
- alat kelaminnya berbentuk runcing.
Induk betina bertanda :
- tulang kepala berbentuk cembung
- warna badan lebih cerah
- gerakan lamban
- perut mengembang lebih besar daripada punggung alat kelamin berbentuk bulat.
C. Persiapan Lahan.
Proses pengolahan lahan (pada kolam tanah) meliputi :
Pengeringan. Untuk membersihkan kolam dan mematikan berbagai bibit penyakit.
Pengapuran. Dilakukan dengan kapur Dolomit atau Zeolit dosis 60 gr/m2 untuk mengembalikan keasaman tanah dan mematikan bibit penyakit yang tidak mati oleh pengeringan.
Perlakuan TON (Tambak Organik Nusantara). untuk menetralkan berbagai racun dan gas berbahaya hasil pembusukan bahan organik sisa budidaya sebelumnya dengan dosis 5 botol TON/ha atau 25 gr (2 sendok makan)/100m2. Penambahan pupuk kandang juga dapat dilakukan untuk menambah kesuburan lahan.
Pemasukan Air. Dilakukan secara bertahap, mula-mula setinggi 30 cm dan dibiarkan selama 3-4 hari untuk menumbuhkan plankton sebagai pakan alami lele.
Pada tipe kolam berupa bak, persiapan kolam yang dapat dilakukan adalah :
- Pembersihan bak dari kotoran/sisa pembenihan sebelumnya.
- Penjemuran bak agar kering dan bibit penyakit mati. Pemasukan air fapat langsung penuh dan segera diberi perlakuan TON dengan dosis sama
D. Pemijahan.
Pemijahan adalah proses pertemuan induk jantan dan betina untuk mengeluarkan sel telur dan sel sperma. Tanda induk jantan siap kawin yaitu alat kelamin berwarna merah. Induk betina tandanya sel telur berwarna kuning (jika belum matang berwarna hijau). Sel telur yang telah dibuahi menempel pada sarang dan dalam waktu 24 jam akan menetas menjadi anakan lele.
E. Pemindahan.
Cara pemindahan :
- kurangi air di sarang pemijahan sampai tinggi air 10-20 cm.
- siapkan tempat penampungan dengan baskom atau ember yang diisi dengan air di sarang.
- samakan suhu pada kedua kolam
- pindahkan benih dari sarang ke wadah penampungan dengan cawan atau piring.
- pindahkan benih dari penampungan ke kolam pendederan dengan hati-hati pada malam hari, karena masih rentan terhadap tingginya suhu air.
F. Pendederan.
Adalah pembesaran hingga berukuran siap jual, yaitu 5 – 7 cm, 7 – 9 cm dan 9 – 12 cm dengan harga berbeda. Kolam pendederan permukaannya diberi pelindung berupa enceng gondok atau penutup dari plastik untuk menghindari naiknya suhu air yang menyebabkan lele mudah stress. Pemberian pakan mulai dilakukan sejak anakan lele dipindahkan ke kolam pendederan ini.
* Manajemen Pakan
Pakan anakan lele berupa :
- pakan alami berupa plankton, jentik-jentik, kutu air dan cacing kecil (paling baik) dikonsumsi pada umur di bawah 3 – 4 hari.
- Pakan buatan untuk umur diatas 3 – 4 hari. Kandungan nutrisi harus tinggi, terutama kadar proteinnya.
- Untuk menambah nutrisi pakan, setiap pemberian pakan buatan dicampur dengan POC NASA dengan dosis 1 – 2 cc/kg pakan (dicampur air secukupnya), untuk meningkatkan pertumbuhan dan ketahanan tubuh karena mengandung berbagai unsur mineral penting, protein dan vitamin dalam jumlah yang optimal.
* Manajemen Air
Ukuran kualitas air dapat dinilai secara fisik :
- air harus bersih
- berwarna hijau cerah
- kecerahan/transparansi sedang (30 – 40 cm).
Ukuran kualitas air secara kimia :
- bebas senyawa beracun seperti amoniak
- mempunyai suhu optimal (22 – 26 0C).
Untuk menjaga kualitas air agar selalu dalam keadaan yang optimal, pemberian pupuk TON sangat diperlukan. TON yang mengandung unsur-unsur mineral penting, lemak, protein, karbohidrat dan asam humat mampu menumbuhkan dan menyuburkan pakan alami yang berupa plankton dan jenis cacing-cacingan, menetralkan senyawa beracun dan menciptakan ekosistem kolam yang seimbang. Perlakuan TON dilakukan pada saat oleh lahan dengan cara dilarutkan dan di siramkan pada permukaan tanah kolam serta pada waktu pemasukan air baru atau sekurang-kurangnya setiap 10 hari sekali. Dosis pemakaian TON adalah 25 g/100m2.
* Manajemen Kesehatan
budidaya ikan lelePada dasarnya, anakan lele yang dipelihara tidak akan sakit jika mempunyai ketahanan tubuh yang tinggi. Anakan lele menjadi sakit lebih banyak disebabkan oleh kondisi lingkungan (air) yang jelek. Kondisi air yang jelek sangat mendorong tumbuhnya berbagai bibit penyakit baik yang berupa protozoa, jamur, bakteri dan lain-lain. Maka dalam menejemen kesehatan pembenihan lele, yang lebih penting dilakukan adalah penjagaan kondisi air dan pemberian nutrisi yang tinggi. Dalam kedua hal itulah, peranan TON dan POC NASA sangat besar. Namun apabila anakan lele terlanjur terserang penyakit, dianjurkan untuk melakukan pengobatan yang sesuai. Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh infeksi protozoa, bakteri dan jamur dapat diobati dengan formalin, larutan PK (Kalium Permanganat) atau garam dapur. Penggunaan obat tersebut haruslah hati-hati dan dosis yang digunakan juga harus sesuai.