Rabu, 12 Juni 2013

Nasib Nelayan Ujunggebang Tanjung pura






Nasib nelayan di Indramayu kini tak menentu. Cuaca buruk yang menyebabkan mereka harus meminggirkan perahunya ke pantai selama waktu yang lama membuat hutang mereka terus bertumpuk.

Tukijan, seorang nelayan asal Desa Ujunggebang, Kecamatan Sukra mengatakan gelombang tinggi di laut membuat nelayan kapal kecil seperti mereka tak berani melaut. Tukijan mengisahkan, suatu hari dia pernah nekat melaut. Tapi di tengah lautan tiba-tiba saja ada gelombang tinggi dan angin kencang. Akibatnya, mereka pun balik kanan kembali ke darat dan akhirnya kerugian yang dia dapatkan.

Kerugian itu diakibatkan karena sebelum melaut mereka memerlukan modal untuk membeli solar dan lainnya sebesar Rp 500 ribu. Uang itu didapat dari hasil berhutang ke juragan kapal.

Ketua Serikat Nelayan Tradisional Kabupaten Indramayu Daka mengakui dalam kondisi seperti ini, nelayan tradisional lah yang paling terpukul. Karena perekonomian mereka sangat tergantung dengan pendapatan mencari ikan setiap harinya. Pendapatan itu pun biasanya dalam sehari habis, sehingga mereka harus setiap hari untuk melaut. Karena tidak bisa melaut, biasanya nelayan tradisional akan berhutang ke pemilik warung atau ke juragan-juragan kapal.

Sementara itu untuk membantu mengurangi beban ekonomi nelayan tradisional akibat cuaca buruk, Koperasi Perikanan Laut (KPM) Karya Mina di Desa Ujunggebang, Kecamatan Sukra, membagikan paket total 60 ton beras kepada 4 ribu KK nelayan. Beras tersebut berasal dari dana paceklik yang diambil dari retribusi nelayan sebesar 1,5 persen. (

UJUNGGEBANG BERGAYA - Nelayan di pesisir Desa Ujunggebang, Kecamatan Sukra telah mempersiapkan diri guna mengadakan acara pesta laut atau nadran yang dijadwalkan hari ini akan di buka. Sementara untuk ritualnya, direncanakan akan dilaksanakan, Minggu (16/6) lusa.
Ketua panitia pesta laut, Karya Mina melalui sekertarisnya ketika dihubungi Ujunggebang bergaya, Selasa (10/6) memastikan persiapan jelang nadran laut tahun 2013 oleh kepanitiaan dari unsur anggota pelelangan, sudah berjalan dengan baik. Selain ritual hajat bumi kaum nelayan, juga dipersiapkan hiburan rakyat.
Direncanakan, sambung dia, jelang sesi ritual nadra sebagai puncak agenda tahunan ini, panitia menyajikan  pagelaran wayang kulit sebagai kesenian tradisional daerah pesisir laut utara Pulau Jawa. Kemudian, pada sesi pembuka nadran laut diawali kegiatan Dangdut Pantura Disponsory Gudang garam GG mild. "Kita juga mengundang Artis Ibu kota untuk mengisi Dangdut dan Band" ulasnya.
Untuk sesi penutup, tambahnya, nadran laut tahun ini dipastikan bakal mengundang pelaku seni hiburan orkes dangdut dari kalangan artis lokal. Panitia berharap, kondisi cuaca dan angin laut tidak menjadi halangan rencana nelayan untuk mengadakan kegiatan syukuran ini. "Ini merupakan kegiatan besar bagi kami. Bahkan rencananya beberapa politisi regional dari Jawa barat siap hadir menyaksikan pesta para nelayan di Ujunggebang


Ruat laut 2011 ujunggebang






Ujunggebang bergaya- Ikan bakar etong sebanyak seton (1.000 kilogram) turut memeriahkan Pesta Laut di tepi Pantai Wisata Tanjung Pura, Desa Ujunggebang, Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Minggu

Acara Pesta Laut, di Pantai Wisata Tanjung Pura yang diselenggarakan pada 15 Juni Sampai 16 Juni  tahun ini lebih meriah dibanding tahun sebelumnya karena ada acara pembakaran ikan bandeng sebanyak 1 ton secara bersamaan di tepi Pantai Tanjung Pura, kata salah seorang Panitia Pesta Laut, Amsory, kepada Ujunggebang bergaya, di Tanjung pua, Sabtu. Dan Minggu

Dikatakannya, perayaan Pesta Laut di Pantai Wisata Tanjung Pura pada tahun-tahun sebelumnya hanya digelar beberapa hiburan seperti dangdut, wayang Kulit dan hiburan Sandiwara.

Namun, kata Amsory, yang tetap dipertahankan dalam perayaan Pesta Laut dari tahun ke tahun ialah ritual pembuangan kepala kerbau ke tengah laut dengan dibawa satu perahu nelayan, dan diiringi sekitar 200 perahu nelayan lainnya.

Pada ritual yang dilakukan Minggu siang,  Camat Sukra hadir dan ikut naik ke perahu nelayan ke tengah laut, untuk membuang kepala kerbau tersebut.

Menurut Camat Sukra, Teguh budiarso, ritual pembuangan kepala kerbau itu dilakukan setiap tahun sebagai simbol rasa syukur para nelayan Desa Ujunggebang kepada Tuhan.

Produksi dari laut Desa Ujunggebang itu sendiri beranekaragam, bermacam jenis ikan bisa diperoleh dari laut tersebut. Bahkan, para nelayan juga kerap mendapatkan udang ketika melaut di laut Desa Ujunggebang tersebut.

Ia mengatakan, ritual pembuangan kepala kerbau merupakan kepercayaan nelayan sejak dahulu, karena itu hingga kini ritual tersebut tetap dilakukan. Sedangkan pihak kecamatan menggabungkan perayaan itu dengan berbagai acara hiburan, bertujuan untuk menarik lebih banyak pengunjung.Ujunggebang bergaya com