Jumat, 04 Januari 2013

nelayan UJUNGGEBANG




Nelayan Tradisional Butuh Intervensi

MASA paceklik atau musim angin besar yang membuat nelayan tradisional tidak bisa melaut biasanya hanya berlangsung tiga bulan.

Celakanya, musim ini masa paceklik tersebut molor dari kebiasaan. Tidak tanggung-tanggung, lebih dari satu tahun lamanya. Alhasil, 3-5 juta nelayan tradisional terjerembab ke lubang kemiskinan. Daya belinya pun melorot.

Ketua Departemen Organisasi dan Kader Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Indon Cahyono mengibaratkan kondisi mereka saat ini sudah lampu merah. "Mereka membutuhkan intervensi kebijakan. Misalnya, pemerintah memberikan bantuan," ujarnya, pekan lalu.

Indon membenarkan pemerintah memang mempunyai program modernisasi alat tangkap dengan cara memberikan 1.000 kapal modem sepanjangperiode 2010-2014. Namun, program itu hanya menyasar segelintir nelayan.

"Jika satu kelompok nelayan yang mengelola, katakanlah jumlah mereka 15 orang, berarti sumbangan 1.000 kapal tersebut hanya menyasar 15 ribu nelayan," jelasnya.

Padahal di negeri kepulauan ini, jumlah penduduk yang berprofesi sebagai nelayan mencapai 3-5 juta jiwa. Dengan kondisi yang menekan, permasalahan paceklik nelayan sanggup memunculkan permasalahan sosial pelik.

Berdasarkan data produksi ikan di ujunggebang, salah satu pesisir kaya pelayan di Jawa, tangkapan ikan nelayan merosot dalam tiga tahun terakhir.

Jika pada 2008 jumlah produksi ikan masih menembus 5.311,4 ton pada tahun berikut merosot menjadi 3.667,2 ton. Pada 2010, total produksi ikannya hanya 2.123,3 ton. Selama periode tiga tahun tersebut,angka kehilangan produksi sampai setengah miliar rupiah.

Paceklik musim ini diperkirakan tidak akan menjadi hal pertama. Sebab jauh-jauh hari peneliti di berbagai pertemuan yang membahas isu kelautan memperingatkan krisis kelautan dan dampak perubahan iklim sudah di depan mata.

"Itu sebabnya, kondisi sekarang ini sudah masalah perut dan penyelesaiannya harus dengan program jangka pendek, misalnya pemberian bantuan pangan," kata dia.

Baru setelah itu, pemerintah mulai memikirkan program jangka menengah dan panjang bagi, nelayan. Bisa alternatif usaha lainnya seperti budi daya ikan perairan darat, sedangkan untuk istri nelayan diberikan pelatihan seperti pembuatan kerajinan sehingga mereka juga dapat mengembangkan usaha tanpa harus menggantungkan hidup dari hasil tangkapan. (LD/N-3)dedi gunawan dan sundari gunawan

kelompok nelayan MINA LESTARI UJUNGGEBANG

Dana sudah kami terima dan kami langsung memanfaatkan untuk masing-masing anggota kelompok sebagaimana kesepakatan pengajuan semula.” Hal demikian disampaikan ajid, Ketua Kelompok Nelayan Mina Lestari kepada www.dedigunawan_g@com, Senin (31/12).

Menurut ajid, bantuan tersebut ditujukan untuk nelayan yang tergabung dalam kelompok nelayan. Dimana kelompok nelayan Mina Lestari dinilai pengelolaan usahanya baik.

“Sebab usaha dilakukan bersama-sama untuk saling menguntungkan, akan mendorong pemerintah untuk mudah memetakan kebutuhan dan dilemma para nelayan pesisir,” ungkapnya.

Sekretaris Mina Lestari sarip  menjelaskan bahwa kelompok nelayan mereka sudah berjalan cukup lama. Mereka selalu menjalin hubungan baik dengan dinas terkait setempat, “Untuk saat ini, nelayan yang berhimpun dalam kelompok sebanyak 26 orang dari berbagai usia. Mereka mengandalkan kehidupannya sebagai nelayan. Kondisi cuaca dan kelengkapan alat tangkap yang tidak memadai, membuat kesejahteraan mereka sulit terangkat. Bantuan ini sangat bermanfaat mengatasinya.”

Dengan adanya bantuan dana usaha ini menurut Sarip, “Diharapkan anggota dapat meningkatkan hasil tangkap mereka dari sebelumnya. Otomatis jika hasil tangkap mereka memuaskan, tentu dengan sendirinya kesejahteraan mereka akan membaik. Begitu pula kelompok akan dapat lebih ditingkatkan usahanya dalam pengelolaannya ke depan.”

Bantuan dana 100 juta tersebut tidak diberikan tunai kepada masing-masing anggota. Akan tetapi pengurus kelompok akan memberikan dalam bentuk alat tangkap. Pemberian sesuai dengan pengajuan anggota sendiri sebelumnya, sesuai dengan kebutuhan yang mereka perlukan dan menjadi kendala dalam melakukan penangkapan mereka selama ini. Misalnya body biduak, mesin, jaring dan alat kotak pendingin ikan.

“Ketika dana kami terima, langsung kami belikan kepada alat tangkap. Karena spesifikasi yang dibutuhkan tak bisa didapat di pasaran, kami sampai sekarang masih menanti pesanan. Tetapi boleh dikatakan sudah 80 persen kini terealisasikan,” ujar Sarip menjawab pelaksanaan kucuran dana.

Baik Ajid dan Sarip mengatakan proses hingga diterima bantuan ini lebih kurang memakan waktu 6 bulan. Mereka mengharapkan, jika pengelolaan kelompok bisa berjalan dengan baik, akan memudahkan pemerintah daerah, baik kota maupun propinsi, termasuk pemerintah pusat, dalam memetakan masyarakat nelayan pesisir, dalam mengangkat perekonomian nelayan.

“Untuk Kecamatan Sukra Desa Ujunggebang blok Tanjungpura, banyak kelompok nelayan selain Mina Lestari Tapi ternyata hanya kami lah yang terpilih menerima bantuan dari 4 paket bantuan dari pusat untuk nelayan Kota Ujunggebang,” Ajid.

kelompok nelayan UJUNGGEBANG


“Dana sudah kami terima dan kami langsung memanfaatkan untuk masing-masing anggota kelompok sebagaimana kesepakatan pengajuan semula.” Hal demikian disampaikan ajid, Ketua Kelompok Nelayan Mina Lestari kepada www.dedigunawan_g@com, Senin (31/12).

Menurut ajid, bantuan tersebut ditujukan untuk nelayan yang tergabung dalam kelompok nelayan. Dimana kelompok nelayan Mina Lestari dinilai pengelolaan usahanya baik.

“Sebab usaha dilakukan bersama-sama untuk saling menguntungkan, akan mendorong pemerintah untuk mudah memetakan kebutuhan dan dilemma para nelayan pesisir,” ungkapnya.

Sekretaris Mina Lestari sarip  menjelaskan bahwa kelompok nelayan mereka sudah berjalan cukup lama. Mereka selalu menjalin hubungan baik dengan dinas terkait setempat, “Untuk saat ini, nelayan yang berhimpun dalam kelompok sebanyak 26 orang dari berbagai usia. Mereka mengandalkan kehidupannya sebagai nelayan. Kondisi cuaca dan kelengkapan alat tangkap yang tidak memadai, membuat kesejahteraan mereka sulit terangkat. Bantuan ini sangat bermanfaat mengatasinya.”

Dengan adanya bantuan dana usaha ini menurut Sarip, “Diharapkan anggota dapat meningkatkan hasil tangkap mereka dari sebelumnya. Otomatis jika hasil tangkap mereka memuaskan, tentu dengan sendirinya kesejahteraan mereka akan membaik. Begitu pula kelompok akan dapat lebih ditingkatkan usahanya dalam pengelolaannya ke depan.”

Bantuan dana 100 juta tersebut tidak diberikan tunai kepada masing-masing anggota. Akan tetapi pengurus kelompok akan memberikan dalam bentuk alat tangkap. Pemberian sesuai dengan pengajuan anggota sendiri sebelumnya, sesuai dengan kebutuhan yang mereka perlukan dan menjadi kendala dalam melakukan penangkapan mereka selama ini. Misalnya body biduak, mesin, jaring dan alat kotak pendingin ikan.

“Ketika dana kami terima, langsung kami belikan kepada alat tangkap. Karena spesifikasi yang dibutuhkan tak bisa didapat di pasaran, kami sampai sekarang masih menanti pesanan. Tetapi boleh dikatakan sudah 80 persen kini terealisasikan,” ujar Sarip menjawab pelaksanaan kucuran dana.

Baik Ajid dan Sarip mengatakan proses hingga diterima bantuan ini lebih kurang memakan waktu 6 bulan. Mereka mengharapkan, jika pengelolaan kelompok bisa berjalan dengan baik, akan memudahkan pemerintah daerah, baik kota maupun propinsi, termasuk pemerintah pusat, dalam memetakan masyarakat nelayan pesisir, dalam mengangkat perekonomian nelayan.

“Untuk Kecamatan Sukra Desa Ujunggebang blok Tanjungpura, banyak kelompok nelayan selain Mina Lestari Tapi ternyata hanya kami lah yang terpilih menerima bantuan dari 4 paket bantuan dari pusat untuk nelayan Kota Ujunggebang,” Ajid.