Selasa, 12 April 2011


MEMANFAATKAN perayaan seni tradisional dengan-membangkitkan kesadaran lingkungan, itulah yang dilakukan warga pesisir pantai di Kabupaten Indramayu. I

ni merupakan cara baru bagaimana kampanye lingkungan memanfaatkan kearifan lokal {local wisdom) yang berkembang di masyarakat
Restocking, demikian gerakan itu. Setelah sukses pada tahun 2010 lalu, gerakan memanfaatkan kearifan lokal itu makin digalakkan di tahun 2011. Hasil evaluasi sepanjang tahun 2010, gerakan itu mampu memberi kesadaran bahwa Laut Jawa dan wilayah pesisir, telah mengalami kerusakan memprihatinkan.
"Kini nelayan antusias mengikuti gerakan restocking itu. Gerakan ini bekerja sama dengan Unpad (Universitas Padjajaran -red-)," tutur Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Kabupaten
Indramayu, Ir. A.R. Hakim.
Sebagaimana pengertiannya, restocking adalah penyediaan kembali. Melalui gerakan itu, perairan pesisir di Laut Jawa di sepanjang bentangan pantai Indramayu, nelayan dan pemerintah, bersama-sama bertanggungjawab memasok bibit ikan.
Dengan menambah stok bibit ikan, populasi ikan di perairan . pantai menjadi normal kembali. Bila populasi ikan normal, dampaknya sangat besar, terutama bagi nelayan tradisional berperahu di bawah 30 grosston seperti com-preng dan sope.
Hasil tangkapan nelayan miskin yang jumlahnya mencapai ratusan ribu jiwa bisa kembali melimpah. Bila-tangkapan melimpah, penghasilan pun bertambah. "Nelayan bisamenjadi sejahtera," tutur Hakim.fr*
NELAYAN Indramayu, seperti umumnya nelayan pantai utara (pantura), mengenal upacara tradisional tahunan nadran atau sedekah laut. Sedekah laut dilakukan sebagai bentuk rasa syukur nelayan atas hasil tangkapan.
Nadran merupakan pesta semesta nelayan. Tak hanya nelayan besar, nelayan kecil juga ikut larut Halam ritus yang usianya beratus-ratus tahun dan sampai sekarang masih lestari.
Dalam upacara adat nadran, puncak prosesi hanya ditandai melarang (membuang) sesaji di tengah laut yang sudah diberi doa dan berbagai persyaratan seperti makanan, rokok hingga kepala kerbau. Setelah sesaji dilarang yang prosesinya dipimpin sesepuh adat, nelayan lalu pulang.
Antusiasme nelayan dalam nadran itulah yang dimanfaatkan Diskanla. Lewat restocking, selain melarang sesaji, nelayan, melalui kelompok-kelompoknya juga menabur bibit ikan, terutama jenis ikan perairan pantai dan karang seperti kakap, krapu, bawal, kembung termasuk beberapa spesies udang. Penebaran benih telah dilakukan di sepanjang bentangan 114 kilometer perairan pantai Indramayu, disesuaikan jadwal nadran dari mulai nelayan Ujung Gebang di Sukra (perbatasan dengan Subang), Kandanghaur, Losarang, Cantigi, Indramayu, Juntinyuat, Karangampel hingga Krangkeng (perbatasan dengan Cirebon).
"Bibit diadakan oleh pemerintah. Ini untuk merangsang nelayan. Ke depan, diharapkan nelayan, terutama juragan, bisa berpartisipasi menebar benih secara swadaya," tutur Hakim.
Tahun 2010 lalu, saat gerakan restocking dimulai, di perairan pantai Indramayu sudah ditabur benih se-
575 nbu ekor bibit. Bibit berbagai jenis ikan perairan pantai {inshorefish), ditabur dengan memanfaatkan upacara nadran.
"Nelayan antusias. Kami harap, nadran tahun 2011 ini, sudah ada nelayan yang menabur bibit secara swadaya. Tahun lalu, bibit dari pemerintah dan lembaga usaha swasta maupun negara. Kami mengoordinasi bibit itu dan membagikan kepada nelayan yang sedang nadran," tutur Hakim.
Selain jenis ikan perairan pantai, restocking juga dilakukan di pesisir-pesisir pantai Lokasinya di pantai yang masih memiliki hutan mangrove seperti di Karangsong, Indramayu hingga Losarang. Ratusan ribu udang dan bandeng ditebar, dengan harapan bisa mengembalikan populasi yang sudah merosot
"Akhir tahun 2012, sudah bisa dilihat ada penambahan populasi Selain menabur benih, di sela-sela nadran, kita juga kampanyekan perlunya menjaga ekosistem pantai dan perairan. Nelayan kini sadar bahwa lingkungan perairan yang baik akan berdampak baik pula bagi kesejahteraan mereka," tutur Hakim.
Dengan pertambahan populasi, impian nelayan kepada Laut Jawa meningkat lagi. Selama dua puluh tahun terakhir. Laut Jawa mengala-mi kemerosotan populasi ikan.
"Kalau gerakan ini terus dilakukan, dua tahun mendatang, jumlah ikan kembali banyak. Kami jadi lebih semangat mencari ikan. Kami ingin restocking menjadi gerakan rutin," tutur Cardilah (42), nelayan tradisional berperahu compreng di Desa Karangsong, Kecamatan Indramayu.
SELAMA ini, dari hasil pengamatan, penyebab terbesar menurunnya ikan hasil tangkapan ialah populasi ikan. Yudi Rustomo, Sekretaris Diskanla Indramas menuturkan, kemerosotan populasi ikan di perairan pantai sudah sangat parah. "Sudah jauh di bawah aspek keekonomian bagi nelayan tradisional," tuturnya.
Memang belum ada penelitian, namun diperkirakan sudah ribuan spesies ikan tidak lagi atau sulit ditemui. Di sisi lain, juga karena overfishing atau jumlah perahu yang terus bertambah. Belum akibat kerusakan ekosistem dan kualitas perairan pantai di Laut Jawa. Hal itu membuat ikan tidak hanya berkurang dari sisi volume populasi, tetapi juga dari sisi keberagaman spesies.
"Udang, kakap, bandeng, krapu yang biasa terdapat di perairanpantai, sudah sulit didapat Populasinya merosot Bisa dibilang, ikan sudah sangat jarang," tutur Yudi
Keanekaragaman hayati di perairan Laut Jawa sudah memprihatinkan. Sudah sangat kotor. Seluruh limbah dari daerah di sepanjang pantai dibuang ke perairan tersebut Dari mulai limbah rumah tangga biasa hingga limbah pabrik berbahaya yang dibuang oleh industri-industri yang terpusat di pesisir utara.
"Oleh karena itu, selain recovery perairan pantai, gerakan restocking juga sama-sama dilakukan," tutur dia.
Gerakan restocking yang memanfaatkan kearifan lokal (nadran) tampaknya layak ditiru nelayan di daerah lain di sepanjang pesisir Laut Jawa. Dengan begitu, selain melestarikan adat tradisional, nelayan sekaligus ditumbuhkan semangat memperhatikan pentingnya mengembalikan populasi ikan dan mencintai lingkungan.(dedigunawan_g@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar